Problematika Dalam Mencintai (Sudut pandang Erich Fromm)


Problematika di zaman ini manusia cenderung bertindak tanpa berpikir, atau tidak mengetahui bagaimana cara bertindak yang tepat. Sama halnya dengan mencintai, ia cenderung menyibukkan diri untuk memilih-milih objek yang akan dicintai, tanpa ia mengetahui bagaimana cara mencintai dengan tepat ataupun benar.

Seperti seorang pelukis, ia tidak terlalu sibuk mencari objek yang bagus untuk dilukis, tapi ia belajar dan terus berlatih untuk melukis yang bagus. Objek jelek pun bisa menjadi bagus, karena ketekunannya dalam belajar dan terus berlatih, sehingga ia terbiasa dalam hal melukis dengan bagus.

Seperti kata Zen Budhhisme "Hati-hati dengan kata-katamu, karena hal itu menentukan perilakumu, perilakumu menentukan kebiasaanmu, kebiasaanmu menentukan watak atau karaktermu, dan dari karaktermu menentukan masa depanmu", Maka biasakanlah berprilaku yang tepat dan terus belajar dan berlatih. Bangun watakmu menjadi seorang pecinta. Bangun cinta yang matang. Kesatuan simbolik itu belum tentu matang, ia rela mengorbankan dirinya sendiri demi apa yang ia cintai, dalam sudut pandang Erich Froom cinta ini masih belum matang, cinta yang matang itu saling mengukuhkan, saling support. Dalam hal ini ia berkata "Aku ingin orang yang kucintai bertumbuh dan berkembang demi dirinya sendiri. Dan dalam caranya sendiri, bukan agar bisa melayaniku. Jika aku mencintai orang lain, aku merasa satu dengannya, tapi dengan dia sebagai dirinya. Bukan sebagai dia yang ku inginkan sebagai obyek kepentinganku(ego)."

Jangan sampai salah dalam memaknai tentang cinta. Karena cinta itu selalu bisa dipelajari. Terkadang saking cintanya kita pada seseorang, kita melarang orang tersebut bergaul dengan orang lain. Kita cemburu kalau orang yang kita sayang dekat dengan orang lain, bercanda dengan lawan jenis. Kita punya pikiran bahwa ketika orang yang kita sayang sudah menyatu dengan kita, kita berusaha sepenuhnya untuk menguasai segala hal yang mereka lakukan. Tidak boleh berteman dengan A, tidak boleh dekat dengan B, tidak boleh begini, tidak boleh begitu. Padahal ya teman kuliahnya sendiri.

Berikut ini akan penulis jelaskan problematika manusia zaman sekarang dalam perihal mencintai.

1. Reseptif. Mencintai dengan resptif seperti halnya, ia hanya fokus pada objek apa yang layak untuk dicintai, tanpa harus mengetahui bagaimana cara mencintai yang benar (seperti yang telah dijelaskan diatas). Tentu dalam pemuda sekarang banyak sekali yang mengidam pola pikir reseptif ini–dalam hal mencintai–.

2. Eksploitatif. Hal ini juga banyak penulis jumpai di berbagai pemuda sekarang, ia memanfaatkan apa yang ia cintai atau bisa dibilang mencitainya karena kepentingan dirinya.
Penimbun. Problematika kali ini sering terjadi dibanyak manusia sekarang, ia cenderung mempertahankan hubungan cinta yang sedang dilakukan atau bisa dibilang mempertahankan status quo. Perilaku ini sering terjadi pada orang yang tidak mau atau susah move-on.
Pasar/dagang. Problem kali ini erat kaitannya dengan problem yang ke-dua (eksploitatif). Problem pasar/dagang ini terjadi ketika ia cenderung memikirkan timbal balik dari yang ia cintai. Seperti ungkapan "ketika aku memberi hadiah untukmu, kamu juga harus memberikan hadiah kepadaku".

Dari problematika persoalan cinta yang penulis paparkan tersebut, saya harap pembaca bisa bijak dalam hal mencintai, dan tidak terjerumus dalam problem-problem tersebut. Karena ketika engkau salah orientasi atau salah mencintai, cinta yang semula luar biasa, sangat agung dan mulia, akan terbalik 180 derajat menjadi sumber keresahanmu. Seperti kata Erich Fromm dalam bukunya The Art of Loving : "Kita harus menghormati. Hormat bukanlah rasa takut atau kagum. Melainkan kemampuan untuk memandang seseorang sebagaimana dirinya, menyadari kekhasannya sebagai individu. Hormat berarti peduli bahwa orang lain harus bertumbuh dan berkembang sebagai dirinya."

Banyuwangi, Rabu 21 Desember 2022

Komentar